Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Pada pertengahan tahun 2011, Indonesia memperkenalkan pendekatan pembangunan dengan pendekatan dua arah (dual approaches) yaitu pendekatan spatial dan pendekatan sektoral sekaligus. Dengan MP3EI negara ingin mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 12 besar dunia di tahun 2025 dan 8 dunia di tahun 2045 melalui: “pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang inklusive dan berkelanjutan”.
Pengalaman menunjukkan bahwa pendekatan perekonomian dan perencanaan pembangunan selama ini terlalu sektoral. Sejak jaman Soekarno dan Soeharto model hitungan dan basis perencanaan pembangunan nasional adalah basis sektor. Basis teks pembangunan, bukan konteks pembangunan. Konsekuensinya, banyak wilayah wilayah Indonesia misalnya Indonesia Timur, pulau pulau terluar , keadaannya tertinggal dan kurang perhatian. Akibat lainnya, program pembangunan lebih banyak pada sektor pertanian, sektor perhubungan, sektor pendidikan, sektor pariwisata , industri manufaktur . Konsekuensi dan akibat dari pendekatan yang sektoral yang tidak kontekstual ini sehingga seakan para pengambil kebijakan secara langsung melupakan pentingnya daerah yang tak memiliki akses infrastruktur yang kuat.
Hasil strategi pembangunan yang pincang, yang “sectoral centris” inilah melahirkan situasi ketimpangan. Seakan akan kita “membangun Indonesia ‘ ternyata , yang kita bangun dan kuatkan adalah Jawa dan kota kota besar.
Pengalaman menunjukkan bahwa pendekatan perekonomian dan perencanaan pembangunan selama ini terlalu sektoral. Sejak jaman Soekarno dan Soeharto model hitungan dan basis perencanaan pembangunan nasional adalah basis sektor. Basis teks pembangunan, bukan konteks pembangunan. Konsekuensinya, banyak wilayah wilayah Indonesia misalnya Indonesia Timur, pulau pulau terluar , keadaannya tertinggal dan kurang perhatian. Akibat lainnya, program pembangunan lebih banyak pada sektor pertanian, sektor perhubungan, sektor pendidikan, sektor pariwisata , industri manufaktur . Konsekuensi dan akibat dari pendekatan yang sektoral yang tidak kontekstual ini sehingga seakan para pengambil kebijakan secara langsung melupakan pentingnya daerah yang tak memiliki akses infrastruktur yang kuat.
Hasil strategi pembangunan yang pincang, yang “sectoral centris” inilah melahirkan situasi ketimpangan. Seakan akan kita “membangun Indonesia ‘ ternyata , yang kita bangun dan kuatkan adalah Jawa dan kota kota besar.
indonesia_timur_mp3ei_ui_.ppt | |
File Size: | 603 kb |
File Type: | ppt |